Selasa, 22 Juli 2014

Bertahan Hidup atau Mati jadi pecundang : Part 2

 

Note : Nama-nama dari pemeran cerita ini saya samarkan.

Aldi yg berbalut dikepala langsung menyambar sepeda motornya dan aku langsung naik di belakangnya.
“Cepetan DI…”
“Iya”
Aldi lang tancap gas dan aku sengaja menoleh kebalakang… begitu terkejutnya aku ketika melihat pemandangan dibelakangku, orang-orang terbaring di jalan dan ada yg berusaha menembak zombie itu namun sempat dikeroyok oleh zombie-zombie lainnya yang datang dan langsung mengeroyok..

10 Oktober 2014, 16.00

Kamu terhuyun masuk kedalam rumah Aldi yang besar dan mewah itu.. Aldi menyuruhku masuk ke suatu ruangan, aku menurut saja. Tak lama kemudian Aldi masuk.
“Klikk..” Suara lampu dinyalakan. Begituku menghadap ke belakangku, begitu terkejutnya aku akan sesuatu.

“Bapak lo maling Di??”
“Bukan lah”
Sebuah katana, yang telah lamaku impikan untuk memilikinya.

“Ambil put.. cepat kita harus pergi..”
“OKE”
Dengan cepat aku mengambilnya, ketikaku berbalik sempatku lihat Aldi hanya mengambil Pistol jenis Magnum milik ayahnya..

“Keluar duluan Put.. Tunggu aku di depan pintu”Teriak Aldi yang naik ke lantai 2 rumahnya.
“OKE”Jawabku.
‘Kenapa lagi itu anak??’ Gumamku dalam hati.
Ketika aku menghampiri pintu dan membukanya, tadaaa… mahkluk itu berada di depanku.
Untung katana tadi yang aku pegang sempat aku buka, mahluk itupun maju dengan cepat untuk menangkapku. Laluku mundur 2 langkah kebelakang dan menebas leher mahluk itu hingga putus, yang sialnya lagi malah makin banyak zombie berdatangan.

“Apes gw.. Di mana lo??” Teriakku
“Menunduk Put” aku terkejut dan langsung menunduk ketika Aldi berteriak.
Terdengar olehku suara tembakan yang hampir menulikan telingaku.

Mendadak semua mahluk itu terbaring tanpa bergerak lagi.

“Udah Put.. Cepetan naik motor gw”
Tanpa menjawab aku memperhatikan dia yang berlari menuju sepeda motornya, kulihat di tangannya ada M4A1…..


10 Oktober 2014, 19.13

“Put.. untung kita masih bisa selamat.”
“Iya.. tadi gw liat ada polisi dikeroyok Itu mahluk, kasihan gw”
“Heh.. ente masih mending liat polisi, lha… gw liat adik gw dikeroyok”
“Yang sabar aja Di..”
“Gw bakalan bunuh semua mahluk itu kalo lewat atau apapun didepan gw’
“Kalo belakang lo gimana??” Candaku yang mungkin membuat dia sedikit lebih nyaman.
“Ya hajar juga”

Tampak Aldi mulai tersenyum..

“Setidaknya kita aman disini untuk malam ini.”
“Makasih ya DI.. katana dari lo langsung berguna.”
“Sama-sama. Sebenarnya bapakku itu adalah satuan TNI Angkatan Darat, Mangkanya dia beli itu katana untuk berjaga-jaga jika dia lagi ditugaskan”
“Pantesan”
Kami mengobrol hingga tidak tau apa yang terjadi dibawah sana, ya.. kami di atas sebuah toko dengan atap rata. Apakah yang kami bicarakan, hanya untuk menghibur diri masing-masing. Listrik masih tersedia, Air masih ada. Setidaknya makananku cukup untuk diriku selama 4-6 hari kedepan.

Tiba-tiba dari arah selatan toko yang kami tempati terdengar suara teriakan wanita, kami bergegas melihat. Aldi lebih dulu sedangkan aku mengambil pedangku, ketika aku tiba.. Aku lihat seorang Ibu tengah mempertahankan anaknya. Ibunya sudah tua, Dia dimakan 2 orang zombie wanita. Sedangkan anaknya terpojok di ujung gang.

“Tunggu disini Di..”
“Mau kemana lo Put?” Tanyanya keheranan.
“Menjadi Pahlawan” Jawabku.
“Hati-hati” Balasnya.

Aku melihat tong sampah seperti di Film-film yang sering digunakan para aktor untuk mendarat, laluku tirukan aksi mereka. Diam-diam aku mendekati mahluk itu agar tidak menarik perhatian zombie lainya.
“Srannggg…” 1 Zombie sudah terkapar.

Lalu zombie satunya menatapku.
“Astaga” kulihat wajahnya hanya memiliki 1 mata dengan bagian bawah mulutnya yg hampir putus.
Aku menebasnya tepat di dada, dia masih belum mati, kucoba melepas pedangku, tapi sial. Dia bangkit dan mencengkram bahuku, sakit menyengat sekujur tubuhku.. kutendang pahanya hinga mahluk itu terduduk. Kucabut katanaku lalu kutebas hinga berkali-kali.
“Rasakan ini K*****T”Teriakku.

Kemudian mahluk itu kutinggalkan dan mencoba melihat kondisi Ibu dari sang anak tadi, kondisinya sangat memprihatinkan. Hanya tubuhnya dan kepalanya yg tersisa, masih sempat dia berbicara kepadaku.
“Nak??”
“I.. iya bu??” Aku yang gemetar melihat kondisinya berbicara terputus-putus.
“Tolong.. Tolong jaga anakku itu”
“Baik bu”
“Berjanjilah”
“Aku Berjanji”
“Bagus”

Kemudian anak dari ibu itu langsung menghampirinya.
‘Astaga.. it.. itu Nadia!!’ aku terkejut dan bergumam dalam hatiku, selama ini aku tak pernah bertemu dengan orang tuanya. Begitu bertemu.. yah.. beginilah..

“Ibu… Ibu..” Panggil Nadia pada ibunya.
“Nak.. kamu harus baik pada anak ini..” Pinta ibunya dengan nafasnya yang sudah mau habis.
“Tapi bu..”
“Tidak nak.. dia akan menjagamu”

Lalu air mata menetes dari mata Nadia.
“Sudah takdir ibu begini nak” tangis Nadia menjadi-jadi.

“Sudah Nad.. kamu akan menarik zombie lain”
“Biarkan aku mati!” Teriak Nadia
“Aku akan menjagamu”
“Pergi! Tinggalkan aku” Nadia berteriak, kulihat dari arah masuk gang 1 mahluk menghampiri kami.

“Heh… tak masalah..” Begitu selesai aku mengatakannya.
“Astaga” Segerombolan zombie datang.. Nadi menyuruhku pergi, tapi tak kuhiraukan.

“Aku sudah memegang janji, dan aku akan menepatinya. Nad.. kau harus dengar perkataanku.. naik ke gedung itu.. naik.. dan tunggu aku disana.. disana ada Aldi..” Nadia pun berlari dan naik ke toko dimana Aldi melihat drama kami dari tadi.

“Kemari.. aku akan selesaikan kalian” Gumamku. Terlihat aba-aba dari Aldi, dia memasang peredam pada senjatanya.
“Heh.. Baiklah..”

Aku berlari dan menebas satu persatu dari mereka, jika dilihat.. gayaku labih mirip dengan Michone di Film “The Walking Dead” yang melawan zombie begitu banyak.. sambil berkhayal aku terus melawan mereka..  Lalu empat Zombie terakhir tersisa..
Tanganku menunjukan aba-aba dua jari pada Aldi, kemudian Aldi menembak dua zombie lainnya. Aku menebas kedua kepala mereka secara bersamaan, lucunya.. mereka terkapar setelah aku memasukan pedangku pada bungkusnya..

“Putra…. Awasss…..”
....
BERSAMBUNG....

0 komentar:

Posting Komentar